Brainrot Bikin Otak Tumpul? Ini Cara Menghindarinya

Brainrot Bikin Otak Tumpul? Ini Cara Menghindarinya
Brainrot Bikin Otak Tumpul? Ini Cara Menghindarinya. F. Ilustrasi Pexels.

Bentan.co.id – Oxford University Press resmi mengumumkan “brainrot” sebagai Word of The Year 2024.

Istilah ini semakin populer karena menggambarkan fenomena kecanduan konten digital yang bisa berdampak negatif pada otak.

Secara harfiah, “brainrot” berarti “pembusukan otak.” Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kebiasaan seseorang yang terlalu terobsesi dengan konten digital berkualitas rendah.

Seperti meme, video pendek, atau hiburan receh di media sosial, hingga mempengaruhi cara berpikir dan kesehariannya.

Menurut Nur Maghfirah Aesthetika, pakar media sosial dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Gen Z adalah kelompok yang paling rentan mengalami fenomena brainrot.

Hal ini karena mereka tumbuh dalam era digital yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan dalam mengakses informasi serta hiburan.

“Kalau generasi milenial masih minim menggunakan teknologi di masa kecil, beda halnya dengan Gen Z yang sejak lahir sudah akrab dengan dunia digital,” ungkapnya.

Kehidupan sehari-hari Gen Z sangat bergantung pada gadget.

Aktivitas yang paling menghibur bagi mereka adalah scrolling media sosial dan menonton video pendek.

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih sering bersosialisasi secara langsung.

Bagaimana Brainrot Mempengaruhi Kehidupan?

Fenomena brainrot tidak hanya berdampak pada kebiasaan digital, tetapi juga pada pola pikir dan perilaku di dunia nyata.

Beberapa dampak negatif yang bisa terjadi antara lain, Fira menjelaskan bahwa konsumsi konten ringan secara terus-menerus bisa membuat seseorang enggan menghadapi tantangan berpikir yang lebih kompleks.

“Hal ini terlihat dalam dunia akademik, di mana banyak mahasiswa mengeluhkan tugas yang dianggap terlalu berat,” katanya.

Gen Z terbiasa dengan segalanya yang instan. Jika mereka tidak menyukai sesuatu, mereka lebih cenderung menghindarinya daripada mencari solusi.

“Ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang terbiasa menunggu dan menghadapi tantangan,” ujarnya.

Media sosial memiliki algoritma yang menyesuaikan konten berdasarkan preferensi pengguna.

Jika seseorang sedang dalam suasana hati buruk dan terus melihat konten serupa, maka perasaan tersebut bisa semakin diperburuk.

“Scrolling media sosial bukan solusi untuk cepat tidur. Justru semakin sering melakukannya sebelum tidur, semakin besar kemungkinan otak overload dan sulit beristirahat,” kata Fira.

Bagaimana Cara Mengatasi Brainrot?

Meskipun brainrot semakin umum terjadi, bukan berarti tidak bisa dicegah.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengontrol kebiasaan ini, seperti tetapkan batas waktu penggunaan gadget dan berikan jeda dari konsumsi konten digital secara berkala.

Lalu, manfaatkan fitur pengingat waktu istirahat yang ada di ponsel untuk membatasi penggunaan media sosial, terutama sebelum tidur.

Saat berkumpul dengan teman atau keluarga, jauhkan gadget agar bisa lebih fokus berinteraksi secara langsung.

Brainrot bukan hanya sekadar tren, tetapi fenomena yang perlu disadari dampaknya.

Pengelolaan waktu yang baik dan kontrol diri, generasi muda bisa tetap menikmati teknologi tanpa kehilangan keseimbangan dalam kehidupan nyata.(*)

Editor: Don

banner 728x90

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *