Bentan.co.id – Karakter viral “Tung Tung Tung Sahur” kini hadir di dunia gim. Garena, pengembang Free Fire, resmi memasukkan karakter tersebut ke dalam game mulai 12 Juni 2025.
Dalam pembaruan ini, pemain bisa mendapatkan bundle karakter lengkap dengan skin dan voice pack khas, bahkan bisa didapatkan gratis, cukup dengan menyelesaikan misi tertentu.
Namun, kehadiran karakter ini di Free Fire menuai protes. Sang kreator, Noxa (@noxaasht), menyuarakan kekecewaannya melalui media sosial karena tidak pernah diajak berdiskusi sebelumnya.
“Iya gue tahu nggak bisa dicopyright, tapi minimal etika kek, gue chat nggak dijawab?” tulisnya.
Siapa Itu Tung Tung Tung Sahur?
Tung Tung Tung Sahur dikenal lewat video pendek TikTok pada Februari 2025. Dalam video itu, Noxa memerankan sosok warga yang berkeliling membangunkan sahur dengan suara khas “tung tung tung sahur”, mirip tabuhan beduk.
Karakter ini berwujud batang kayu antropomorfik dan suara robotik, menciptakan nuansa absurd yang cepat menyebar di dunia maya.
Meme ini kemudian dikategorikan sebagai bagian dari tren “Meme Brainrot”, tren visual yang menampilkan karakter aneh dan tidak biasa, seperti hiu bersepatu (Tralalero Tralala), buaya berbadan pesawat tempur (Bombardiro Crocodillo), dan angsa bermesin jet (Bombombini Gusini). Istilah lain untuk tren ini termasuk anomaly meme, Italian brainrot, atau anomali TikTok.
Garena merilis bundle “Tung Tung Tung Sahur” di Free Fire lengkap dengan suara dan karakter unik.
Meski respons pemain cukup positif, publik mempertanyakan apakah penggunaan karakter ini sudah mendapatkan izin dari kreatornya.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari Garena mengenai protes Noxa.
Secara hukum, karya berbasis AI memang masih berada di wilayah abu-abu dalam hal hak cipta. Namun, etika digital tetap penting.
Meskipun karakter diciptakan dengan bantuan teknologi, sosok di balik konsep dan penyebarannya, dalam hal ini Noxa, tetap berperan besar dalam membuatnya dikenal luas.
Banyak warganet menyayangkan sikap Garena yang dianggap tidak transparan dan kurang menghargai jerih payah kreator lokal.
“Meme boleh lucu, tapi etika digital itu serius,” tulis seorang pengguna di X (Twitter).(*)
Editor: Don