Anggota Parlemen itu-itu Saja, Hambat Sirkulasi Elite

Anggota Parlemen 'Itu-Itu Saja", Hambat Sirkulasi Elite
Anggota Parlemen 'Itu-Itu Saja", Hambat Sirkulasi Elite. Foto: MPR RI.
Anggota Parlemen 'Itu-Itu Saja", Hambat Sirkulasi Elite
Anggota Parlemen ‘Itu-Itu Saja”, Hambat Sirkulasi Elite. Foto: MPR RI.

Bentan.co.id – Calon anggota legislatif di pemilu 2024 dihiasi oleh wajah-wajah lama. Tak hanya menteri dan mantan menteri, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) aktif juga berniat maju menguasai parlemen.

Yang paling hangat adalah calon legislatif Partai Amanat Nasional (PAN), Asman Abnur. Asman adalah elite yang pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kota Batam pada 2001.

Dia tak menyelesaikan masa jabatannya dan pada tahun yang sama duduk sebagai Wakil Wali kota Batam periode 2001-2004.

Setelah sebagai Wakil Wali Kota Batam, Asman menjadi anggota DPR selama tiga periode berturut-turut, yakni pada periode 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019.

Namun di periode ketiganya, Asman tidak menuntaskan jabatan sebagai anggota dewan hingga akhir.

Di 2016, Asman Abnur menjabat sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB).

Dia kembali tak merampungkan masa jabatannya dan mengundurkan diri dari MenPAN RB di tahun 2018.

Saat ini Asman Abnur kembali menjabat sebagai anggota DPR untuk periode 2019-2024. Artinya, dia telah menjabat selama empat periode.

Majunya mantan menteri atau anggota DPR yang telah menjabat lebih dari tiga periode hanya memberi ruang kepada orang-orang yang sama untuk menguasai parlemen.

Analis Politik Arif Nurul Iman mengatakan seharusnya anggota DPR cukup menjabat dua periode saja. Hal itu merujuk pada peraturan yang berlaku untuk kepala daerah dan presiden yang hanya diperbolehkan menjabat maksimal dua periode.

“Idealnya anggota DPR juga seperti kepala daerah dan presiden yang maksimal dua kali menjabat. Sehingga, ada sirkulasi,” ujar Arif, Selasa (19/12).

Menurutnya, fenomena ini akan menghambat sirkulasi elite dan mandeknya regenerasi kepemimpinan. Selain itu juga merupakan bukti partai politik (parpol) kekurangan kader untuk maju dalam pemilu.

“Tergantung parpol, kalau partai besar misal PDIP, Gerindra dan Golkar mereka tidak kekurangan stok kader,” tuturnya.(*/Zpl)

Editor: Brp

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *