Bentan.co.id – Ketebalan es laut di Antartika mencapai titik terendah dalam sejarah untuk tahun ketiga berturut-turut, menandakan konsekuensi serius bagi kehidupan di Bumi.
Para ilmuwan, seperti Miguel Angel de Pablo, prihatin dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan krisis ini.
Meskipun bukti pencairan es laut di Antartika semakin jelas, de Pablo mengatakan bahwa masyarakat tampaknya tidak mendengarkan.
Pusat Data Salju dan Es Nasional Amerika Serikat (NSIDC) melaporkan bahwa luas minimum es laut di Februari berada di bawah dua juta kilometer persegi – terendah dalam 46 tahun.
Meskipun tidak berdampak langsung pada permukaan laut, es laut yang mencair memperburuk pemanasan global dan mengekspos lapisan es air tawar di darat, yang dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut yang signifikan.
Efek Domino yang Mengancam
Sebuah studi menunjukkan hampir separuh rak es di Antartika mengalami penurunan volume, melepaskan triliunan ton air cair ke lautan. Hal ini berdampak pada permukaan laut, salinitas, dan suhu laut.
Pemanasan global yang berkelanjutan akibat emisi gas rumah kaca oleh manusia adalah penyebab utama pencairan es laut.
De Pablo, yang telah 16 tahun mempelajari es Antartika, mengatakan mungkin sudah terlambat untuk menghentikan tren ini.
Meskipun mungkin terlambat untuk menghentikan degradasi es laut, masyarakat perlu mengubah ritme kehidupan dan beralih ke gaya hidup yang lebih ramah lingkungan untuk memperlambat kerusakan dan meminimalkan konsekuensi bagi masa depan Bumi.(*/Brp)
Editor: Brp