Merdeka Sinyal di Kepulauan Riau, Dari Blankspot Menuju Era Digital

Merdeka Sinyal di Kepulauan Riau, Dari Blankspot Menuju Era Digital
Memasuki usia ke-80 tahun kemerdekaan Indonesia, Kepulauan Riau (Kepri) semakin serius membangun infrastruktur digital. F. dok. Bentan.co.id.
banner 900x130

Bentan.co.id, Tanjungpinang – Memasuki usia ke-80 tahun kemerdekaan Indonesia, Kepulauan Riau (Kepri) semakin serius membangun infrastruktur digital.

Wilayah kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau ini punya tantangan besar, terutama soal keterpisahan antarwilayah oleh laut.

Namun, dengan hadirnya jaringan telekomunikasi dan internet, jarak itu perlahan bisa teratasi.

Kepri memiliki luas sekitar 425 ribu km², di mana lebih dari 90 persen adalah lautan. Dari lebih dari 2.400 pulau, ada 394 yang berpenghuni dan 22 di antaranya merupakan pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, hingga Kamboja. Kondisi geografis ini menjadikan komunikasi sebagai kunci untuk menyatukan masyarakat.

Bacaan Lainnya

Sejak 2021, Gubernur Ansar Ahmad bersama Wakil Gubernur Nyanyang Haris Pratamura mendorong percepatan pembangunan telekomunikasi.

Melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), pemerintah daerah bekerja sama dengan Kementerian Kominfo (sekarang Komdigi) dan BAKTI untuk membangun Base Transceiver Station (BTS) di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

Hasilnya, 77 menara BTS berhasil berdiri di Natuna, Anambas, hingga Lingga. Desa-desa yang sebelumnya terisolir kini mulai terhubung.

Guru dan siswa bisa mengakses materi pembelajaran daring, tenaga kesehatan dapat melakukan konsultasi jarak jauh, UMKM hingga nelayan bisa memasarkan produk secara online, dan aparatur desa lebih mudah mengurus administrasi lewat aplikasi digital.

“Telekomunikasi dan internet membuat aktivitas masyarakat dan aparatur jadi lebih cepat, real time, dan terukur,” kata Gubernur Ansar.

Perkembangan digital di Kepri terbilang pesat. Pada 2021, provinsi ini masuk 7 besar Indeks Daya Saing Digital nasional dan menjadi satu-satunya di luar Jawa.

Kini, Batam dan Tanjungpinang sudah 100 persen bebas blankspot. Sementara di lima kabupaten lainnya masih tersisa 22 titik blankspot dan 124 kawasan dengan sinyal lemah. Pemprov Kepri terus mengusulkan penambahan BTS agar seluruh wilayah bisa merdeka sinyal.

Kadiskominfo Kepri, Hendri Kurniadi, menjelaskan pihaknya sudah memetakan lokasi blankspot dan menjalin koordinasi dengan Kemkomdigi serta BAKTI untuk mempercepat pembangunan jaringan.

“Dalam waktu dekat ini Kominfo Kepri akan duduk bersama Kemkomdigi dan Bakti untuk menindaklanjuti hal tersebut,” katanya.

Tak berhenti pada penyediaan BTS, Pemprov Kepri juga punya rencana besar, membangun kawasan Artificial Intelligence (AI) dan pusat data berskala nasional di Pulau Bintan.

Proyek ini akan berdiri di lahan eks tambang seluas 3.000 hektar dengan dukungan energi terbarukan dari air, matahari, dan angin, serta akses kabel laut internasional.

Menurut Wagub Nyanyang Haris, langkah ini adalah strategi menjadikan Kepri sebagai “beranda digital NKRI”. Proyek dibiayai sepenuhnya oleh swasta, namun pemerintah daerah tetap dilibatkan.

Wamen Komdigi, Nezar Patria, menyatakan dukungan penuh untuk rencana tersebut. Sementara Dirjen Teknologi Pemerintahan Digital, Mira Tayyiba, menekankan pentingnya penggunaan energi hijau agar kawasan data center ini ramah lingkungan.

“Ini bukan sekadar infrastruktur digital. Ini adalah lompatan strategis agar Kepri menjadi beranda digital NKRI,” ujar Wagub Nyanyang Haris.

Dengan langkah-langkah ini, Kepulauan Riau bergerak dari keterbatasan komunikasi menuju transformasi digital.

Daerah Kepulauan Riau yang dulu identik dengan blankspot kini perlahan berubah menjadi salah satu pusat pengembangan ekosistem digital di Indonesia.(*)

Editor: Don

Pos terkait