Pembangunan Pelabuhan Internasional Batam, Benarkah Berdampak Negatif?

Banner sertifikat halal kemenag kepri
Pembangunan Pelabuhan Internasional Batam, Benarkah Berdampak Negatif?
Ilustrasi Pelabuhan Batu Ampar, Batam. Foto: BUP BP Batam.

Bentan.co.id – Pembangunan proyek infrastruktur di Kepulauan Riau (Kepri) acapkali menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat dan para pemangku kepentingan. Mulai dari pengembangan pulau-pulau terluar hingga pembangunan jembatan dan pelabuhan internasional.

Belum lama ini, pengusaha dan politisi Asman Abnur menolak pembangunan pelabuhan internasional di Pulau Batam, Kepri.

Banner Polresta Tanjungpinang

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu menganggap pembangunan infrastruktur tersebut akan merusak lingkungan.

Isu lingkungan kerap mengemuka dalam pembangunan infrastruktur. Pasalnya, pembangunan dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap polusi udara dan air, serta gangguan terhadap ekosistem lokal.

Namun, kekhawatiran itu tak terbukti. Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya memastikan pembangunan dilakukan dengan menjaga lingkungan sekitar.

Luhut juga mencanangkan pelabuhan yang dibangun membawa konsep ramah lingkungan atau “Green and Smart Port”.

Pelabuhan internasional akan dibangun di pesisir Tanjung Pinggir, Batam, Kepri. Pelabuhan ini lebih besar dibandingkan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dan akan diitegrasikan dengan Pelabuhan Kuala Tanjung.

Menurut Luhut, pembangunan pelabuhan baru di Batam merupakan salah satu upaya pemerintah menurunkan biaya logistik di Indonesia yang masih cukup tinggi.

“Biaya logistik masih sekitar 23%, sementara di negara lain sudah rata-rata 13%. Kami menargetkan biaya logistik turun sampai 17% pada tahun 2024, kalau bisa lebih cepat,” katanya.

Pelabuhan-pelabuhan eksisting yang ada di Batam juga ditata. Saat ini di Pulau Batam terdapat sejumlah pelabuhan eksisting, yakni Pelabuhan Batu Ampar, Pelabuhan Sekupang, Pelabuhan Nongsa Pura, Pelabuhan Batam Center, Pelabuhan Kabil, dan Pelabuhan Telaga Punggur.

Dorong Ekonomi

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda mengatakan tersedianya pelabuhan dengan kapasitas besar akan berdampak positif bagi Indonesia. Sebab, akan membantu kelancaran distribusi barang dari luar dan dalam negeri.

“Selama ini memang banyak kapal yang bersandar ke Singapura karena kapasitas pelabuhan internasional di sana sangat memadai, meskipun nanti barangnya ada yang ke Indonesia. Ada proses integrasi domestik juga apabila pembangunan pelabuhan di Batam tersebut diiringi dengan pembangunan dalam negeri lainnya,” tuturnya, Senin (4/12/2023).

Pengamat Kelautan Yonvitner mengatakan pengembangan Otorita Batam salah satunya untuk mendorong pusat pertumbuhan ekonomi baru termasuk pengembangan kawasan industri dan pelabuhan. Menurutnya, keberadaan pelabuhan internasional Batam akan sangat kompetitif.

“Jika pelabuhan bisa bersiang dengan Singapura, tentu akan sangat menguntungkan Indonesia termasuk Batam,” ujarnya,

Sementara itu, Kepala Badan Pengusahaan Batam, Muhammad Rudi dalam keterangannya menyebut transformasi Pelabuhan Batam, baik pelabuhan kargo maupun penumpang dilakukan guna memperkuat nadi ekonomi menuju Batam Kota Baru.

“Batam berada di lintasan jalur perdagangan dunia, Selat Malaka, sehingga menyimpan sederet potensi untuk berkembang menjadi hub logistik internasional,” katanya, Senin (4/12/2023).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Kota Batam tahun 2022 sebesar 6,84% berhasil mengungguli tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,31%.

Dari sisi nilai ekspor, Batam menyumbang 79,3% dari total ekspor Provinsi Kepulauan Riau sebesar US$19,6 miliar atau sekitar Rp303 triliun.

Berbagai komoditas ekspor yang didominasi mesin atau peralatan listrik, pesawat mekanik, minyak hewan/nabati, dikirim dari Batam ke negara tujuan.

Mulai dari Singapura, Malaysia, China, Denmark dan India. Komoditas tersebut, dikirim melalui pelabuhan kargo utama di Batam.

Yakni, Pelabuhan Batu Ampar dengan nilai ekspor sebesar US$9,9 miliar atau sekitar Rp153 Triliun, Pelabuhan Sekupang dengan nilai ekspor sebesar US$2.5 miliar atau sekitar Rp38 triliun, dan Pelabuhan Kabil dengan nilai ekspor US$1,6 miliar atau sekitar Rp24,7 triliun.(*)