Bentan.co.id – Matahari pagi menyapa Desa Berakit di Bintan, Kepulauan Riau. Di sebuah madrasah bernama MIN 1 Bintan, kisah inspiratif tentang toleransi dan keragaman tengah bersemi.
Celsi Olivia, siswi kelas 4, mengagumi Nabi Muhammad SAW karena sifat tabah, terpercaya, dan ramah.
“Saya kagum dengan Nabi Muhammad, karena beliau tabah, bisa dipercaya, dan ramah,” tutur gadis cilik bernama Celsi Olivia tulis laporan di laman resmi Kemenag.
Ia memeluk agama Kristen, namun memilih madrasah ini untuk menimba ilmu.
Sejak didirikan tahun 1951, madrasah ini menerima siswa non-Muslim. Saat ini, delapan siswa non-Muslim menimba ilmu di sana.
Kepala Madrasah, Ridwan, mengatakan pendidikan ini hak seluruh anak bangsa. Para guru bersedia menerima siswa non-Muslim.
“Ini juga bentuk kepercayaan masyarakat pada madrasah,” katanya.
Ridwan menceritakan, para siswa non-Muslim disini rata-rata turun temurun dari orang tua mereka yang dulu juga bersekolah di sini. Mereka tetap bermain bersama tanpa diskriminasi.
Anton Sunyoto, salah seorang guru, menambahkan, meski non-Muslim, mereka tetap mengikuti kegiatan belajar mengajar di setiap pelajaran keagamaan,
“Termasuk Pelajaran Agama Islam. Tidak ada doktrinasi,” jelasnya.
Nazwa Bintani, siswi kelas 6, bersahabat dengan Elvinsius Alvin, siswa non-Muslim.
“Dia tidak membeda-bedakan teman, kalau temannya kesusahan dibantu,” kata Nazwa.
MIN 1 Bintan menjadi bukti bahwa toleransi dan keragaman dapat bersemi di mana saja. Kisah inspiratif ini menjadi contoh bagi generasi muda untuk menumbuhkan sikap toleransi dan komitmen kebangsaan.(Ink)
Editor: Brp