
Bentan.co.id – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Direktorat Jenderal Kebudayaan memeriahkan kegiatan Temu Karya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Seni se-Indonesia di Taman Candra Wilwatikta, Pasuruan, Jawa Timur, mulai 19 hingga 23 Desember 2023.
Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid, menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai wahana bagi siswa dan sekolah untuk berkolaborasi serta membangun jejaring.
“Pelajar dan sekolah memiliki peran sentral dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan. Oleh karena itu, kita perlu menciptakan lebih banyak ruang kolaborasi dan interaksi untuk mengeksplorasi kreativitas dari nilai-nilai budaya dan tradisi,” ungkap Dirjen Hilmar.
Partisipasi SMK Negeri 12 Surabaya, SMK Negeri 1 Kasihan Yogyakarta, SMK Negeri 8 Surakarta, SMK Negeri 3 Sukawati, SMK Negeri 10 Bandung, SMK Negeri 2 Gowa, SMK Negeri 7 Padang, SMK Negeri 57 Jakarta, dan SMK Negeri 3 Banyumas dalam Temu Karya ini menjadi momentum untuk pertukaran informasi dan wacana, persaingan di tingkat internasional, apresiasi seni, dokumentasi tari dan musik, serta menstimulasi kreativitas dalam pembuatan karya seni.
Abing Santoso, Guru Seni Tari SMK Negeri 12 Surabaya, yang juga direktur artistik Temu Karya, menyebut tantangan memandu kolaborasi antara 153 pelajar dari 9 sekolah sebagai pengalaman unik.
“Melihat antusiasme anak-anak meski dalam jadwal yang padat membuat saya bangga. Ini mungkin kali pertama bukan hanya bagi mereka, tetapi juga bagi SMK Seni se-Indonesia berkumpul dan berinteraksi dalam kegiatan semacam ini,” ujar Abing.
Abing juga mengapresiasi semangat generasi muda dalam melestarikan seni budaya melalui media sosial.
“Media sosial menjadi ruang aktualisasi yang dekat dengan generasi muda, tempat kita melestarikan budaya di era digital ini. Oleh karena itu, kami menyelipkan kegiatan pembuatan konten seni berkolaborasi dengan para siswa,” tambah Abing yang juga seorang content creator budaya.
Selama pelaksanaan Temu Karya, sejumlah kegiatan dilaksanakan, termasuk malam keakraban, lokakarya tari dan musik, sarasehan, diskusi transfer gagasan, belajar produksi konten bersama ahli, malam apresiasi, hingga pentas pertunjukan kolaborasi.
Miranda Dwi Ramadhani dari SMK Negeri 2 Gowa, Sulawesi Selatan, berbagi pengalaman tentang kejutan yang dialaminya dalam kegiatan ini.
“Awalnya saya berpikir kegiatan ini hanya untuk menampilkan apa yang telah kita pelajari. Namun, dalam dua hari, kami ditantang untuk menampilkan sebuah karya bersama teman-teman dari SMK lain di Indonesia,” kata Miranda.
“Sempat meragukan, apakah dalam dua hari bisa menyatukan 9 sekolah? Namun, nyatanya kami melakukannya dengan kompak dan memahami karakter gerak dari daerah lain. Saya merasa bangga dan beruntung mendapat kesempatan ini,” lanjut siswi kelas XII jurusan seni tari.
Kegiatan Temu Karya tidak hanya meningkatkan wawasan, tetapi juga melatih peserta untuk beradaptasi dan mengasah sikap profesional dalam berkarya.
Reihan Ramadhana Putra, siswa jurusan seni musik SMK Negeri 7 Padang, berharap kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin.
“Jangan hanya sekali ini, kalau bisa tiap tahun, karena kegiatan ini menambah pengetahuan dan memungkinkan berbagi dengan teman-teman dari daerah lain,” ungkapnya.
Reihan menambahkan alasan memilih melanjutkan ke SMK Seni karena keinginan untuk meneruskan tradisi.
“Saya suka menyanyi sejak kecil. Di Minang ada istilah badendang, dan saya ingin mengembangkan tradisi. Kita harus melanjutkannya, karena jika bukan kita, siapa lagi?” papar Reihan.
Kegiatan diakhiri dengan pementasan dramatari “Bumi Pawitra Suci” yang memukau oleh seluruh peserta Temu Karya SMK Seni se-Indonesia.
Dramatari ini menceritakan kasih tulus Bumi dalam menciptakan generasi-generasi berwawasan luas, mampu memahami, dan bijaksana dalam merawat kehidupan.
Harapannya, generasi mendatang dapat tumbuh dan berkembang seperti tunas-tunas yang menjanjikan bagi kebudayaan dan peradaban manusia.(*/Yto)
Editor: Don