SEPERTI kita ketahui bersama bahwa tidak lama lagi, tepatnya 9 Desember 2020, masyarakat Kepulauan Riau akan memilih pemimpin baru. Dalam ajang kontestasi pesta demokrasi tersebut masyarakat disuguhkan tiga calon gubernur yang akan memimpin Kepulauan Riau sampai 2024 mendatang. Dari salah satu pasangan calon gubernur yang ikut dalam pemilihan tersebut adalah H. Ansar Ahmad SE MM. Anak jati Melayu yang lahir di Tanjungpinang pada 10 April 1964 ini namanya cukup popular dan diprediksi oleh banyak kalangan bakal meraup suara terbanyak pada pemilihan di 9 Desember nanti.
Ansar Ahmad yang mantan Bupati Bintan dua periode ini berpasangan dengan Hj. Marlin Agustina di Pilgub Kepri 2020. Pasangan yang menggunakan tagline perjuangan Ansar-Marlin Amanah Negeri (AMAN) ini diusung oleh Partai Golkar, Nasdem, PPP dan PAN serta didukung oleh PSI serta Perindo.
Sebagai calon gubernur, nama Ansar Ahmad memang dikenal luas di semua kalangan. Popularitas yang diraih berkat kepemimpinannya yang dinilai sukses membangun Kabupaten Bintan selama dua periode. Selama menjadi Bupati Bintan, hal yang tampak nyata dan dicatat prestasinya oleh masyarakat adalah pembangunan infrastuktur secara masif di semua wilayah di Kabupaten Bintan. Apakah ini bisa disebut prestasi yang luar biasa? Masyarakat menilainya begitu. Beberapa kemajuan yang dicapai sejak kepemimpinan Ansar Ahmad menunjukkan keseriusan dan kerja nyata dalam mengejar ketertinggalan. Bintan yang dulunya hanya sebuah kabupaten kampung berhasil disulap menjadi sebuah kabupaten yang megah dengan berbagai infrastruktur besar seperti jalan, jembatan, kawasan investasi baru dan tumbuhnya sentra-sentra ekonomi baru di beberapa wilayah di Bintan yang memang sebelumnya kurang diperhatikan secara serius.
Ketika awal-awal memimpin Bintan, Ansar Ahmad dihadapkan pada persoalan yang sulit. Kabupaten Bintan yang merupakan kabupaten induk harus mengalah setelah Kota Tanjungpinang resmi berdiri pada tahun 2004. Kabupaten Bintan untuk sementara memindahkan pusat pemerintahannya dari Tanjungpinang ke Kijang, Bintan Timur, karena Tanjungpinang sudah berdiri sendiri sebagai Kota yang fungsi dan kedudukannya sama seperti sang induk, Kabupaten Bintan.
Pada tahun 2005 ketika Ansar Ahmad pertama kalinya terpilih sebagai Bupati Bintan begitu banyak persoalan yang harus dia hadapi. Dia harus memimpin masyarakatnya yang tinggal di 68 pulau dari 148 pulau yang ada di Kabupaten Bintan. Ansar hanya dimodali APBD sebesar Rp450 milyar sementara wilayah Bintan sebagian besar masih perkampungan yang ditinggali oleh masyarakat yang tersebar di beberapa wilayah dengan angka kemiskinan sebesar 14,7 persen. Sebagian besar wilayahnya masih hutan. Infrastruktur sangat minim dan pemasukan untuk daerah belum seberapa. Dalam kondisi seperti itu Ansar juga dihadapkan pada persoalan angka buta huruf masyarakatnya yang tinggi, pengangguran cukup banyak, kematian ibu dan anak yang tinggi, anak kurang gizi tinggi serta persoalan masyarakat Bintan lainnya yang menggunung.
Tetapi seorang Ansar Ahmad adalah seorang tipikal pekerja yang pantang menyerah. Pelan-pelan Bintan dia benahi. Karena kemampuan APBD yang tidak seberapa, Ansar memilih sering pergi ke Jakarta. Bukan untuk plesiran. Apa lagi liburan. Ansar Ahmad memilih mengetuk semua pintu Kementerian yang ada di Jakarta. Dia meminta dengan kerendahan hati, agar semua Kementerian membantunya untuk membangun Kabupaten Bintan. Sebuah kabupaten kampung yang berada di ujung negeri dan di mata orang Jakarta bukan daerah yang istimewa. Upaya Ansar Ahmad meloby Jakarta bukan serta merta langsung dipenuhi. Beberapa kali dia ditolak. Beberapa kali proposal pengajuan pembangunan Bintan diabaikan dan dicampakkan. Tetapi Ansar Ahmad tetap bersabar. Dia tetap terus berusaha. Tidak bisa melalui pintu depan, dia terobos pintu samping. Tidak bisa melalui pintu samping, dia mengendap-endap masuk melalui pintu belakang. Ternyata para pengambil kebijakan di pemerintah pusat mendengar dan melihat keseriusan Ansar Ahmad. Akhirnya pelan-pelan upaya Ansar Ahmad mulai berhasil. Beberapa Kementerian mulai membantunya untuk membangun Bintan. Lima tahun pertama sebagai Bupati Bintan sudah mulai berhasil menyulap Bintan menjadi daerah yang penuh harapan. Infrastruktur besar mulai dibangun. Jalan-jalan kampung diperbaiki. Kebutuhan dasar masyarakatnya dia penuhi.
Pelan namun pasti Bintan kemudian mulai dibanjiri investasi karena penerapan one stop service dalam pelayanan investasi yang masuk ke Kabupaten Bintan. Di periode pertama kepemimpinannya, Ansar Ahmad sudah mulai menjamu masyarakatnya dengan APBD. Orang Bintan yang meninggal dapat santunan, lansia yang sakit berobat gratis, masyarakat Bintan yang berobat ke Jakarta dan Kalimantan dibuatkan rumah singgah dengan fasilitas lengkap plus mobil ambulan.
Tidak hanya itu, Ansar Ahmad juga memberikan pendidikan gratis bagi warganya yang kurang mampu. Para guru ngaji, pengelola tempat ibadah, guru-guru PAUD, pengurus Posyandu serta para ketua RT dan RW diberi intensif yang cukup. Selain untuk santunan masyarakat, APBD Bintan juga diperuntukkan bagi pembangunan yang berskala kecil seperti jalan kampung, sekolah, sarana ibadah, pembangunan Posyandu, Puskesmas dan sebagainya. Proyek skala besar yang menggunakan anggaran besar sepenuhnya dibiayai oleh APBN hasil loby Ansar ke Jakarta.
Dan kondisi ini tetap dia jalankan sampai Ansar Ahmad mengakhiri masa jabatannya yang ke dua kali di Kabupaten Bintan. Alhasil, Bintan selama 10 tahun ditangannya berubah menjadi kabupaten yang maju pesat dari semua sisi pembangunan. Angka kemiskinan yang dulunya 14,7 persen berhasil dia tekan menjadi 3 persen pada tahun 2015. Angka buta huruf juga berhasil dia turunkan secara drastis. Indeks pembangunan manusia masyarakat Bintan juga naik secara signifikan. Apa yang sudah dilakukan Ansar Ahmad di Kabupaten Bintan memang diakui tidak hanya di tingkat Provinsi Kepri tetapi juga nasional.
Dan itu bisa dikatakan sebagai sebuah prestasi besar. Prestasi tentu saja tidak hanya diukur dari keberhasilan pembangunan infrastuktur tapi juga pembangunan bidang lainnya yang mendukung kemajuan daerah. Salah satunya, pembangunan sumber daya manusia yang menjadi perhatian dan tolok ukur. Walaupun secara tidak langsung pembangunan infrastruktur memang mempermudah akses dan sarana dalam pengembangan berbagai kegiatan seperti distribusi barang, transportasi orang, kemudahan akses pendidikan dan dampak lainnya. Pemerataan pembangunan juga menjadi catatan prestasi yang ditoreh Ansar Ahmad, karena pembangunan tidak hanya berpusat di pusat-pusat kota namun juga di pulau-pulau lainnya yang menyebar di Kabupaten Bintan. Prestasi di bidang lainnya pasti juga Ansar Ahmad capai yang mungkin hanya bisa dijelaskan oleh seorang ekonom, pelaku usaha atau pengamat politik yang menilai secara jujur dan tanpa pretensi kepentingan apa pun.
Seorang Ansar Ahmad juga bukan tipikal anti kritik. Kritikan dari pihak yang tidak menyukai kebijakannya selalu dia tanggapi dengan hati yang jernih dan dijawab dengan kerja keras. Ansar selalu menjadikan kritik dan masukan masyarakat menjadi sebuah bahan pertimbangan baginya untuk kebijakan ke depannya. Dan inilah yang berpengaruh positif terhadap kepemimpinannya. Kesan positif sekuat tenaga dia ciptakan karena secara tidak langsung akan berperan dalam kemudahan berinvestasi dan menguatkan kepercayaan dunia usaha yang berujung pada peningkatan ekonomi daerah dan masyarakat yang dipimpinnya.
Sosok Ansar Ahmad yang sederhana namun pekerja keras menjadikan lelaki yang murah senyum ini sudah selayaknya untuk mendapatkan kesempatan memimpin Provinsi Kepri. Potret keluarganya yang rukun dan harmonis juga memberikan inspirasi bahwa seorang pemimpin sudah sepatutnya berhasil dalam lingkup paling kecil yaitu keluarga.
Lalu apa harapan masyarakat Kepri kalau Ansar Ahmad terpilih sebagai Gubernur? Sudah pasti jawabannya adalah banyak sekali. Bayangkan jika setiap individu warga Kepulauan Riau memiliki satu harapan atau keinginan saja maka tinggal dikalikan berapa harapan yang terkumpul. Namun harapan haruslah sesuatu yang positif demi kemajuan Provinsi Kepri yang kita cintai. Membangun Kepulauan Riau menjadi daerah yang berkemajuan di semua sektor memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Program pembangunan yang dinilai berhasil dari kepemimpinan sebelumnya sudah barang tentu layak untuk diteruskan. Sementara beberapa program beberapa program yang dinilai kurang berhasil untuk dapat dievaluasi dan diperbaiki. Dan kebijakan baru yang bertujuan memacu kemajuan Kepulauan Riau juga perlu dibuat.
Dari deretan prestasi yang pernah dibuat Ansar Ahmad seperti disebutkan di atas, memang sangat patut diterapkan di provinsi yang baru berusia 17 tahun ini. Kalau pun nantinya ada persoalan di lapangan sehubungan kebijakan yang akan dibuat tentu sederet permasalahan daerah ini yang muncul perlu dicarikan solusinya dengan bijak. Dan Ansar Ahmad sangat tahu apa yang harus dibuat. Karena pengalaman kerja dan jam tayang sudah mengujinya.
Disamping hal-hal tersebut, terbesit harapan baru dengan munculnya terobosan yang berani dari Ansar Ahmad untuk memajukan Kepulauan Riau melalui program-programnya nanti, baik yang dijanjikan waktu pemilu lalu maupun program baru yang unik namun mengena bagi masyarakat. Mengacu pada faktor geografis Kepri yang terdiri dari berbagai pulau maka harapan baru tersebut adalah ada kebijakan untuk memudahkan aksesibilitas masyarakat untuk saling mendekatkan diri dengan saling berkunjung. Dengan demikian kami lebih bangga berkunjung ke rumah keluarga dalam satu wilayah Kepulauan Riau dibandingkan pergi ke daerah lain atau ke luar negeri yang biasanya lebih murah dan mudah aksesnya.
Tentu saja harapan bukan sekedar harapan. Semua bisa saja dicapai dengan kerja keras dan komitmen bersama dari berbagai pihak, tidak hanya menjadi tugas dan beban tanggungjawab Ansar Ahmad dan wakilnya kalau diberi kepercayaan untuk memegang tampuk pimpinan provinsi ini.
Semoga usaha dan doa kita bersama serta semua harapan masyarakat Kepulauan Riau dapat terealisasi bersama Ansar Ahmad dan Marlin Agustina untuk memimpin negeri ini. Negeri bertuah Kepulauan Riau yang kita cintai.
(*)