Bentan.co.id – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPM RI) resmi meluncurkan komitmen pemerintah untuk mempercepat hilirisasi timah di Indonesia, dengan Batam sebagai salah satu lokasi investasi.
Investasi sebesar Rp1 triliun digelontorkan untuk membangun pabrik hilirisasi timah di kawasan industri Sei Lekop, Batam, melalui kerjasama dengan PT Batam Timah Sinergi (BTS).
Pabrik ini akan mengolah logam timah menjadi produk turunan bernilai tinggi, yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap ekspor bahan mentah dan memaksimalkan potensi sumber daya alam yang dimiliki.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM RI, Todotua Pasaribu, dalam kunjungannya ke perusahaan tersebut, menegaskan bahwa hilirisasi ini melibatkan 28 komoditas unggulan, termasuk timah dan nikel.
“Fokus kami adalah hilirisasi, dan pemerintah siap memberikan dukungan penuh agar Indonesia dapat memperoleh manfaat maksimal dari sumber daya alam yang kita miliki,” ujar Todotua, Jumat (24/1/2025).
Batam dipilih sebagai lokasi pabrik hilirisasi timah karena kedekatannya dengan Selat Malaka dan Singapura, yang menjadikannya pusat strategis untuk investasi sektor industri manufaktur dan teknologi.
Saat ini, Batam sedang dikembangkan sebagai pusat industri semikonduktor dan data center, semakin memperkuat posisinya sebagai kawasan industri modern.
Proyek hilirisasi timah ini akan memproduksi berbagai produk seperti Stannic Chloride, Dimethyl Tin Dichloride (DMTCL), dan Methyl Tin Mercaptide, dengan kapasitas produksi diperkirakan mencapai 16.000 metrik ton per tahun.
Jika berjalan sesuai rencana, pabrik ini akan menjadi produsen terbesar kedua di dunia, setelah Tiongkok.
Pabrik ini diperkirakan mulai beroperasi pada pertengahan 2026 dan diprediksi dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, serta menciptakan ribuan lapangan pekerjaan baru di Batam. Selain itu, proyek ini akan semakin memperkuat posisi Indonesia di pasar hilirisasi timah global.
Keputusan untuk membangun pabrik hilirisasi timah di Batam didorong oleh sejumlah keunggulan kawasan ini.
Infrastruktur yang memadai, ketersediaan energi listrik yang stabil, tenaga kerja berkualitas, serta status kawasan perdagangan bebas (Free Trade Zone/FTZ) memungkinkan 90 persen hasil produksi untuk diekspor ke pasar internasional, menjadikan Batam pilihan tepat untuk proyek besar ini.
Direktur Utama PT BTS, Bambang Triadi Gunawan, menegaskan bahwa tujuan utama pembangunan pabrik ini adalah mengurangi ketergantungan Indonesia pada ekspor bahan mentah.
“Kami selama ini hanya menjual bahan baku ke luar negeri, padahal kita bisa mengolahnya di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. Dengan dukungan pemerintah, kami optimis dapat merealisasikan visi ini,” ujar Bambang.(*)
Editor: Don